Minggu, 19 April 2009

Lebih Tertarik Pilpres Dari Pada Pileg


Mengingat Pemilihan Legislatif(Pileg) atau memilih calon DPRD dianggap tidak bisa membawa perubahan yang berarti dalam memajukan daerah, sejumlah pemilih mengaku tidak mencontreng di Pemilu letislatif kemarin

Labib(30) salah satu pemuda warga Paguyangan Brebes mengatakan dari sekian caleg yang mengikuti bursa calon DPRD dipandang tidak ada yang berkualitas, sehingga dia memilih diam dirumah tidak memberikan hak suaranya.

" Menurut saya pemilihan legislatif sedari dulu tidak bisa membawa perubahan yang berarti buat masyarakat, sebab calegnya kemampuannya sama oreintasinya mengejar materi makanya saya tidak memilih. Saya lebih tertarik pada pemilihan presiden nanti" ucap Labib minggu(19/4)

Hal senada dikatakan Joko Susilo warga Bumiayu yang mengaku pada Pemilu tanggal 9 april lalu hanya mencontreng satu buah surat suara dari empat surat suara yang ada.

Dari sekian caleg hanya satu yang saya pilih, itupun karena ada perasaan tidak enak, karena dia teman saya. Dan untuk caleg yang lain saya tidak tertarik untuk memilihnya" kata Joko.

Sementara diakui oleh Yunan Arif salah satu warga Sirampog bahwa dirinya tidak ikut memberikan hak suaranya karena terlambat datang ke Tempat Pemungutan suara.

"Pada Pemilu yang lalu waktu pemungutan suara hingga pukul 13.00, dan pada Pemilu 9 april kemarin saya mendatangi TPS pukul 12.30, ternyata sudah ditutup" ucap Yunan yang mengaku tidak tahu batas waktu permungutan suara.

Pelaksaan Pemilu kali ini cenderung sebagian besar berlangsung dengan aman, meskipun terjadi ribuan pelanggaran yang tidak sempat tertangani.

Begitu pula dengan partisipasi masyarakat dalam Pemilu kali ini cenderung menurun, hal itu terlihat dari daftar hadir pemilih di beberapa TPS yang memberikan suaranya hanya sekitar 60 persen saja (Pur)

Rabu, 15 April 2009

Pemilu Yang Melelahkan


Pesta demokrasi pemilihan legislatif tahun 2009 barangkali akan menjadi catatan penting, bagi semua pengurus partai politik maupun bagi  para petinggi negeri.

Pemilu dengan sistem multipartai juga dengan pola yang berbeda baik tata cara menentukan pilihan juga model berita acara perolehan suara, begitu dirasa sangat melelahkan.

Bukan saja melelahkan bagi para calon legislatif yang harus berjuang ' melawan' kawan sesama partai, namun melelahkan juga bagi para penyelenggara Pemilu. Baik Kelompok Panitia Pemungutan Suara(KPPS) maupun juga PPK( Panitia Pemilihan Kecamatan).

Model berita acara yang begitu rumit dan pekerjaan yang begitu banyak membuat penyelenggara Pemilu, ' keteteran' .

Bahkan mereka rela meninggalkan anak dan istri dirumah , tidur di ruang sekretariat yang sempit dan berantakan hanya karena mempunyai  tanggung jawab dengan pekerjaannya. 

"Semestinya pekerjaan merekap data Pemilu seperti ini idealnya dilakukan dalam waktu satu bulan. Namun kami harus melakukanya hanya dengan waktu tiga hari kerja" ucap Hidayat salah satu petugas penyelenggara Pemilu. 

Semua lelah semua kehabisan energi, baik penyelenggara Pemilu maupun para calegnya yang sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, hanya untuk mengejar ambisi sebagai orang yang terhormat(Pur)

         

Senin, 06 April 2009

Ebeg, Kuda Lumping Yang Tidak Makan Beling


   

Lagu eling eling Banyumasan dengan diiringi suara gamelan jawa berkumandang mengiringi gerak dan langkah muda mudi menari berjoget sambil menunggang kuda yang terbuat dari anyaman bambu, yakni Ebeg atau Kudaluping atau Kudakepang

 

Para muda mudi menari dengan Kudalumping / Kuda kepang atau Ebeg diacara Festival Ebeg Banyumasan yang diadakan pemkab Banyumas pada  minggu (22/3) bertempat dilapangan kantor kecamatan Jatilawang Banyumas.

 

Ketua panitia Festival Ebeg Banyumasan Titi Pujiastuti, yang juga camat Jatilawang, mengatakan sebanyak 27 grup kesenian Ebeg se kabupaten Banyumas turut andil meramaikan Festival Ebeg

Acara ini digelar dalam rangka memperingati Hari jadi Kabupaten Banyumas yang ke 427 sekaligus “nguri uri kesenian tradisonal khas Banyumas” tutur Puji.

 

Puji menambahkan ada beberapa kriteria yang dijadikan sebagai acuan untuk penilaian bagi para peserta Festival Ebeg Banyumasan.

"Dimana setiap peserta yang turut berlomba harus memenuhi adat budaya Banyumasan. Selain itu ada tiga katagori penilaian untuk peserta festival yaitu, Kreatifitas, Garap dan Penampilan.


Untuk garap atau model yang meliputi “Wirogo(olah gerak badan), Wiroso(penghayatan) dan Wiromo(keserasian irama) harus menggunakan ‘ Gagrak Banyumasan” ucap Puji sambil menerangkan bahwa pemenang Festival akan mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp 2,5 juta untuk tiga pemenang


Festival Ebeg Gagrak Banyumasan dibanjiri ratusan penonton yang datang dari berbagai kecamatan di wilayah Kabupaten Banyumas yang ingin menyaksikan gruop kudalumping yang mewakili wilayahnya tampil unjuk kebolehan.

Dalam acara Festival Ebeg kali ini peserta hanya menampilkan gerak tari dan langkah dan tidak melakukan aksi makan beling dan kaca(kesurupan)seperti pertunjukan Ebeg biasanya(Pur) 

  

 

   

Dari Arca Kudu Sragen Sampai Sepasang Arca Katak Dari Bumiayu


          Ada suasana yang berbeda diaula gedung pertemuan kecamatan Bumiayu Brebes. Dimana Aula yang kesehariannya merupakan tempat sarana pertemuan kini berubah menjadi tampat pameran puluhan benda benda antik milik museum Ronggowarsito Jawa Tengah dan Musium Jogyakarta.

Pemeran keliling Museum Ronggowarsito yang berlangsung selama lima hari dari tanggal 19- 23 februari 2009 dengan menampilkan koleksi-kloleksi benda benda langka yang dimiliki Museum Ronggowarsito.

Seperti fosil Moluska yang berasal dari Sangiran- Kalijambe Sragen. Juga ada Kapak Perimbas, Kapak Batu, dari Purbalingga, Arca Kudu dari Sragen serta  dua pasang arca katak dari Bumiayu Brebes.

Benda antik kapak Batu asal Purbalingga merupakan alat batu yang diciptakan Pithecanthropus sepanjang masa hidupnya berbentuk kapak. Salah satunya adalah kapak Perimbas yang berfungsi sebagai alat pemukul dan pemotong.

Bentuk kapak batu terlihat sangat sederhana dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia pada masa itu.  

Koleksi Museum Ronggowarsito lain yakni Arca Kudu asal Batur Banjarnegara yang merupakan koleksi langka dan merupakan Masterpieces mengingat hanya ada tiga buah.

Laela salah satu petugas Pameran Musium Ronggowarsito menerangkan Arca Kudu adalah merupakan koleksi hasil penyelamatan. Dimana sebelumnya Arca Kudu pernah dicuri  seseorang dan pencurinya tertangkap di Singapura. Sehingga arca ini sangat penting dan merupakan arca langka karena hanya satu satunya"kata Laela

Arca Kudu sambung Laela dahulu ditempatkan pada relung relung atap candi Bima. Dan keistimewaannya bahwa arca semacam itu hanya ditemukan di candi Bima Dieng.

Sedangkan langgan Arca mengadapatasi dari candi di India selatan dan bentuk dari arca adalah merupakan prototipe wajah raja raja Amarawati di India Selatan" terang Laela          

Koleksi benda antik lainya yang dipamerkan Musium Ronggowarsito yang mendapat perhatian banyak dari para pengunjung, selain Arca Kudu yakni replika koleksi peralatan , dan Wadah yang terbuat dari emas.

Beberapa koleksi emas ini ada yang ditemukan oleh Witalakon didaerah Wonoboyo Kabupaten Klaten. Yaitu  berupa berbagai macam perhiasan emas dengan berat keseluruhannya mencapai 25 kilogram.

Untuk benda asli nya yang terbuat dari emas saat ini disimpan di musium diJakarta dan yang kita pamerkan adalah hanya replikanya saja" papar Laela sambil menjelaskan bahwa pameran koleksi Musium Ronggowarsito di Bumiayu adalah yang pertama kali ditahun 2009.  

Yang menarik dari pameran tersebut selain Arca terdapat pula Tas kulit milik M.Hatta dan juga  koleksi peralatan minum yang dipergunakan IR Sukarno ketika diamankan oleh para pemuda pimpinan Sukarni ke Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945.

Selain itu dipamerkan juga sepasang Arca Katak yang menurut keterangannya berasal dari Bumiayu Brebes.

Katak merupakan salah satu simbol kehidupan  air. Arca katak yang menempel pada bidang pukul nekara dipakai dalam upacara menyambut datangnya musim penghujan pada masa itu(Pur)